Wednesday 18 July 2012

Emile Durkheim (Fakta Sosial)

Fakta Sosial Emile Durkheim;


            Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam :




  1. Dalam bentuk material, yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, diobservasi. Fakta sosial yang berbentuk material ini adalah bagian dari dunia nyata (external world), contohnya arsitektur dan norma hukum.

  2. Dalam bentuk non material, yaitu merupakan fenomena yang bersifat inter subjektif yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia, contohnya egoisme, altruisme dan opini.


Secara garis besar fakta sosial terdiri atas dua tipe yakni struktur sosial dan pranata sosial. Sifat dan hubungan dari fakta sosial inilah yang menjadi sasaran penelitian sosiologi menurut paradigma fakta sosial. Secara lebih terperinci fakta sosial itu terdiri atas : kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, sistem sosial, posisi, peranan, nilai-nilai keluarga, pemerintah, dsb


Kritik terhadap Teori ini :



Kritik Yang dilakukan Giddens Terhadap Materialisme historis


Giddens berniat melakukan rekonstruksi kekuasaan sebagai sesuatu yang inheren dalam konstitusi kehidupan sosial. Anthony Giddens mengajukan teori sosial baru yang hendak melakukan dekonstruksi terhadap teori sosial klasik. Tendensi subjektivisme dan objektivisme dengan berbagai variannya, diwacanakan Giddens dengan teori strukturasi. Rekonsiderasi terhadap karya Karl Marx, Emile Durkheim dan Max Weber, merupakan awal revisi radikal Giddens dalam membangun teori strukturasi.


            Menurut Giddens, teori kritis harus memiliki tiga pendirian.


1. secara metodologis harus memadai sekaitan dengan isu dasar agensi, struktur dan interpretasi sejarah.


2. harus dilengkapi analisis institusional terhadap modernitas.


3. harus bergulat dengan apa arti kritik dan bagaimana dijustifikasikan.


            Psikolog dari Universitas Yonsei, bernama Hwang Sangmin mencoba menganalisa fenomena Bunuh diri yang diteliti oleh Emile Durkheim. Ia membandingkan dengan kejadian yang ada diKorea, orang Korea memiliki konsep Yan, yang berarti setiap orang berusaha keras untuk diam dan tabah meski dalam keadaan marah. Beban hidup karena pekerjaan, hubungan asmara, takut gagal dan tuntutan karier membuat mereka merasa depresi tanpa bisa mengeluarkan uneg-unegnya. Saat sudah terlalu berat, bunuh diri menjadi jalan pintas untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.  Betapa mengerikan fenomena bunuh diri. Bukan hanya sekedar angka-angka statistik tetapi angka tersebut dapat bercerita tentang perjalanan seseorang dalam menjalani kerasnya kehidupan yang berbenturan dengan moralitas, apalagi bila ditiru oleh fansnya. Timbulnya werther effect, dengan tewasnya Choi Jin Sil yang gantung diri karena depresi menyumbang angka kematian bunuh diri hinggal 1700 kasus dalam sebulan! (Popular, November 2011). Tidak ada konsep berbagi, tidak mempunyai teman curhat menjadikan para artis itu nekad bunuh. Suatu tindakan yang tidak patut dicontoh.  Ini menjadi pelajaran bagi kita agar senantiasa memberi perhatian kepada orang terdekat disekeliling kita untuk berbagi cerita dan nasehat.


            Ibn Khaldun kurang lebih memandang konflik memiliki potensi integratif. Ibn Khaldun memandang sisi positif dari konflik yang terjadi di masyarakat. Menurutnya, konflik it terjadi hanya karna persepsi keliru terhadap makna “ashabiah” sebagaimana terjadi pada masa jahiliyah sebelum kelahiran Islam.persepsi keliru itu menafikan potensi nasionalisme semangat kesukuan untuk kesatuan yang lebih besar dari pada kecintaan berlebih terhadap kelompoknya.
Masih menurut Khaldun, konsep Ashabiah jahiliyah merupakan perilaku negatif yang timbul karena kesombongan, takabur dan keinginan untuk menyokong-bergabung dengan suku yang lebih kuat dan terhormat sehingga sering kali menimbulkan konflik diantara kelompok-kelompok lain. Padahal konsep Ashabiah mengandung nilai-nilai solideritas sosial berdasarkan nilai-nilai Islam, sesuai dengan makna “Ashab” yang berarti persahabatan atau “isabah” yang berarti ikatan mental social yang menghubungkan orang-orang secara kekeluargaan.


 Oleh : Moh Haris Hariyadi (Jurusan SejaRarah & Peradaban islam IAIN Sunan Ampel)

3 comments:

  1. terimakasih. tulisan Anda sangat membantu :)

    ReplyDelete
  2. sama-sama. semga bermnfaat

    ReplyDelete
  3. mmg sudah bgs tp saran sy klw bsa teori para ahli sosiologi di benturkan dgn toeri lain dan apa mksd dri teori itu dan pebandingan nya dgn teori lain

    ReplyDelete

Hilangnya Sahabat yang baru aku kenal

[caption id="attachment_379" align="alignright" width="300" caption="ageng riski"] [/caption] Ni men...